BERTEPATAN dengan
Peringatan Hari Pahlawan beberapa waktu lalu (2012), pameran sejarah Cirebon dalam
arsip dibuka untuk umum hingga 14 November di Pusdiklatpri Jl Ciptomangunkusumo
Cirebon. Menurut Lembaran Negara Tahun 1906 Nomor 122 yang dimiliki Badan
Perpustakaan dan Kearsipan Daerah, Kota Cirebon yang saat itu disebut Kota
Praja Cirebon didirikan pada April 1906 dengan nama Gemeente Cheribon dan
walikotanya menggunakan istilah burgermeester.
Walikota yang menjabat
pertama kali adalah JH Johan yang terpilih melalui pemungutan suara dewan
pemilih walikota yang beranggotakan 11 orang dengan pemimpinnya adalah Kepala
Pimpinan Setempat, Hoofd van Plaatselijk Bestuur dari Afdeling Cirebon.
JH Johan menjadi
walikota sejak 1920 kemudian mengundurkan diri tahun 1925 dan dilanjutkan oleh
RA Scothman yang pada November 1928 digantikan oleh JM van Oostrom Soede. Dalam
perkembangannya sampai 1942 saat Jepang invasi ke Indonesia juga turut
berdampak pada tatanan pemerintahan Kota Cirebon dan terpilihlah Asikin
Nataatmaja sebagai walikota pribumi pertama namun Kota Cirebon masih dalam
pendudukan Jepang, sehingga sebutan walikota diistilahkan dengan nama Shitjo.
Walikota pribumi
pertama tersebut menjabat sejak 1942 hingga 1943 kemudian digantikan Muhiran
Suria yang juga masih menggunakan embel-embel Shitjo. Baru kemudian tahun 1949
Prinata Kusuma menjadi pemimpiun Kota Cirebon pertama yang menggunakan istilah
walikota setelah Indonesia lepas dari penjajahan negeri Matahari Terbit itu.
Dalam Lembaran Negara
Hindia Belanda Nomor 211 dan Surat Keputusan Gubernur Hindia Belanda tanggal 14
Agustus 1897 nomor 37 juga dijelaskan batas-batas Kota Praja Cirebon atau
Gemeente Cheribon. Untuk batas utara adalah selokan yang menjadi batas Desa
Tangkil dan Kejaksan sampai sudut barat laut pekarangan rumah residen. Untuk
batas barat adalah jalan dari Tangkil ke Sunyaragi sampai Sungai Sigarampak,
kemudian aliran kiri sungai itu sampai titik dimana garis itu bertemu dengan
batas antara desa-desa Sunyaragi dan Kanggraksan.
Sementara untuk batas
timur adalah laut jawa dan batas selatan adalah batas antara kedua desa dari
titik temu tersebut sampai Sungai Kesunean (di aliran hulunya juga disebut
Sungai Kriyan, Sungai Gerit, dan Sungai Suba), selanjutnya aliran kanan sungai
itu ni sampai muaranya di laut.
Menurut Sekretaris
Pelaksana pameran, Nana Hermawan AMd, bulan April merupakan peristiwa
bersejarah bagi Kota Cirebon. Sebab, bulan tersebut Kota Cirebon didirikan dan
pada April 1926 dibangun gedung Balaikota yang menelan dana F165 ribu (dalam
satuan mata uang Gulden) gedung Balaikota sendiri selesai pada September 1927.
Setelah kantor
burgermeester tersebut didirikan, pertama yang dilakukan oleh pemerintahan kota
praja saat itu adalah membangun jaringan pipa air bersih dari Cipaniis
Kabupaten Kuningan. Namun, sambung dia, saat itu belum menggunakan istilah PDAM
seperti sekarang ini, tapi air dikelola oleh pemerintah.
“Kami ingin masyarakat
Cirebon mengetahui sejarah pemerintahan kota yang ditinggalinya, terutama
generasi mudanya,” katanya saat ditemui Radar kemarin.
Nana berharap, dengan
dilaksanakannya pameran tersebut, literatur sejarah Cirebon juga bisa
diperlengkap oleh masyarakat, terutama para kerabat ataupun keluarga
mantan-mantan walikota dan pelaku sejarah lainnya untuk menyerahkan
berkas-berkas pribadi sebagai bukti otentik dan memperkaya sejarah Pemerintahan
Kota Cirebon.
Menurutnya, hingga
saat ini baru walikota yang menjabat sejak 1983 yaitu Drs Dasawarsa yang
keluarganya menyerahkan berkas-berkas pribadinya. Sementara walikota yang
menjabat di bawah tahun 1983 masih dalam tahap pencarian, terutama walikota
saat masih dijabat oleh orang Belanda dan Jepang.(formalcbc/rdr)
sumber: Klik di sini jeh...