Kota Cirebon : Maestro-maestro seni di tatar
Cirebon-Indramayu memang pada akhirnya satu persatu pergi, karena takdir
kematian. Sebuah takdir dengan berbagai sebab: usia renta, penyakit, atau
bahkan kecelakaan lalulintas. Di sisi lain regenerasi seni menjadi bagian amat
penting akan keberlangsungan seni tradisi, karena ketiadaan sekolah menengah
atau perguruan tinggi yang khusus mempelajari seni Cerbon-Dermayon.
Tranformasi seni Cerbon-Dermayon selama
bertahun-tahun berlangsung dalam lingkup keluarga seniman. Regenerasi dan
sentuhan modernisasi dilakukan secara alamiah, tanpa ada eksplorasi apalagi
pengkajian ilmiah. Hal ini berbeda, misalnya dengan eksistensi kebudayaan Sunda
yang banyak ditopang pendidikan formal di Bandung seperti di STSI, UPI, atau Unpad,
dan kebudayaan Jawa yang disokong STSI Surakarta, ISI dan UGM Yogyakarta,
bahkan UI Jakarta.
‘Kawah candradimuka’ untuk penggondokan
seniman di Indramayu dan Cirebon biasanya dilakukan oleh seniman maestro
terutama terhadap anak-cucunya. Metoda pun bervariasi, dari pendekatan hati
hingga sabetan rotan. Secara garis keturunan, anak-cucu tersebut memang
menderas darah seniman. Ibaratnya, buah yang jatuh tak akan jauh dari pohonnya.
Lingkungan rumah tiap saat juga bernuansa kesenian. Pengaruh yang sangat kuat
adalah pendidikan informal secara hati maupun rotan tersebut.
Regenerasi maestro
Maestro seni Indramayu, Mama Taham (75) yang
pernah memperoleh anugerah seni dari Gubernur Jabar maupun Menteri Kebudayaan
dan Pariwisata RI, salah satu contohnya. Sebenarnya tak hanya anak-cucunya,
mereka yang di luar lingkungan keluarga pun tak sedikit, karena sikap
keterbukannya, atau istilahnya, “baka gelem, menea, diblajari!” (kalau mau, ke
sini, diajari). Darah seninya juga berasal secara turun-temurun, dari ayah-kakek-buyut-cangga,
dst.
Anak, cucu, menantu dan keponakan mampu
dididik menjadi seniman, seperti Sidem Permanawati (pesinden, penari), Wangi
Indriya (perempuan dalang wayang kulit, penari, pesinden), Suheti (penari,
pesinden), Sunanah (penari), Suparma (dalang wayang kulit), (pengukir), Haris
(pembuat keris), Dasma Hadiwijaya (seniman macapat), maupun Rakidi, Cucun Yan, Tayo, Sidu
(pengukir). Beberapa cucunya ada yang lulusan atau tengah menimba ilmu di STSI.
Hal serupa juga pada keluarga Rasmin (dalang wayang
kulit) dan istrinya Suminta (penari topeng), yang menurunkan putra-putri, Tomo
(dalang wayang kulit), Tarih (pesinden, penari topeng), Rusminih (wiyaga),
Darkinih (pesinden), Darsinih (wiyaga), Rusdi (dalang wayang kulit), Encin
Rosinta (pesinden), Duniawati (pesinden, pemain tarling), puluhan keponakan, cucu dan cicit yang
bergelut di dunia yang sama.
Meastro tari topeng Rasinah yang juga sudah
mendapatkan anugerah seni dari gubernur maupun menteri, juga tak jauh berbeda.
Didikan keluarga amat disiplin sejak kecil, termasuk melakoni berbagai puasa,
seperti mutih (puasa hanya dengan makan nasi dan air putih saja), ngetan (saat
berbuka hanya nasi ketan), ataupun puasa wali (puasa berturut-turut selama tiga
hari atau tujuh hari, dst.) Suaminya, Amat, sangat mendukung sebagai
pengendang. Anak-cucunya, yakni Wacih dan Aerli, kini melanjutkan
eksistensinya.
Puluhan atau bahkan ratusan seniman lainnya
memiliki latar belakang yang sama. Generasi demi generasi lahir. Maestro
berbagai seni selalu bermunculan. Dalang Abyor, Warih Priadi, Akirna Hadi
Wekasan, dsb. pada wayang kulit, Dalang Tayut, Taram, Asmara, Tarjaya, dsb.
pada wayang golek cepak, pembuat kedok Royani hingga Sunewi, pesinden Carinih
hingga Kamsiyah.
Meski demikian secara biologis tak sedikit pula
yang tak mampu menciptakan regenerasi seniman, karena berbagai sebab. Ahmadi
(dalang wayang golek), Domo Suraji, Salmin, Gendut Rumli (seniman sandiwara),
Dariyah, Dadang Darniyah (pesinden, seniman tarling), Dirman Tjasim (seniman
sintren), Jayana, Sugra (wiraswara tarling), adalah di antaranya. Meski
demikian anak-anak secara ideologis tak sedikit jumlahnya. Hampir semua seniman tarling bersentuhan dan
dipengaruhi oleh Sugra, Jayana, Uci Sanusi, Abdul Ajib maupun Sunarto Marta
Atmaja. Seniman sandiwara banyak berguru kepada Domo Suraji, Salmin, dan Gendut
Rumli. Pesinden maupun wiraswara mengikuti petunjuk Carinih, Dariyah, Dadang
Darniyah maupun Aam Kaminah. Dalang wayang berpusat pada komunitas sanggar di
Tambi, Lohbener, Gegesik, dan lainnya.
Pendidikan formal
Ketika beberapa maestro sudah meninggal dan
beberapa lainnya sudah uzur digerogoti usia, eksistensi mereka memang
seakan-akan tak tergantikan. Seniman –dengan berbagai cabang seni pertunjukan--
dalam khazanah Cerbon-Dermayon identik disebut sebagai dalang. Sebagai seniman,
para maestro sudah mencapai tingkatan dalang mukti (seniman yang juga melakukan
syiar kebaikan dan kebenaran) dan dalang sejati (tak semata-mata karena upah). Generasi berikutnya
tak sedikit yang masih dalam taraf dalang makarya (lebih karena upah) dan
dalang micara (melakukan kegiatan seni tanpa memahami filsafat dan karakter
penokohannya).
Totalitas penghayatan, pengabdian, dan
kecintaan terhadap seni dan kehidupan dianggap belum dicapai generasi
berikutnya. Faktor waktu, pengaruh lingkungan sosial-budaya, godaan pragmatis
dan hedonis sangat berpengaruh kuat dalam menghambat totalitas tersebut.
Apalagi selama ini transformasi berlangsung secara alamiah. Tak sedikit pula
yang awalnya atau pendalamannya secara otodidak. Kata kunci dari totalitas itu
cenderung sebagai “cinta yang keras kepala” terhadap bidangnya.
Ke depan, tentu saja, jangan hanya bergantung
pada regenerasi yang bertumpu pada transformasi kekeluargaan semata. Institusi
pendidikan formal amat diperlukan. SMKI Pakungwati Cirebon yang sudah berdiri,
agaknya perlu nutrisi baru agar tak lesu darah. Apalagi jika dikaitkan dengan
fenomena ragam seni-budaya Cerbon-Dermayon yang dianggap berbeda dengan Jawa
maupun Sunda. Pengkajian dan pendalamannya tidak tepat jika bergantung pada
pendidikan formal di Bandung, Yogyakarta, Surakarta, ataupun Jakarta. Sudah
saatnya perguruan yang mengkhusukan seni-badaya Cerbon-Dermayon berdiri di
Cirebon dan Indramayu untuk ditumbuhkan, dipupuk, disirami, dan dikembangkan.
Sumber: Klik teng riki jeh...