Cirebon di Jawa Barat punya Tradisi Ngarak Pusaka. Inilah saat benda-benda pusaka diarak sebagai tanda menyambut musim tanam di sawah.
Setelah zuhur, ember-ember tersebut mulai dijejer. Pemilik ember menunggu dengan setia. Tepat pada pukul 13.00 WIB, tongkat pusaka empat kepala naga diarak keliling Desa Bulak, Kecamatan Arjawinangun, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Ujung tongkat yang runcing dicelupkan ke ember, yang sudah berjejer.
Selian tongkat pusaka berwarna emas itu, dua gong dengan ukuran besar dan kecil ikut diarak. Arak-arakan pusaka yang dicelupkan ke ember milik masyarakat desa itu dimulai dari rumah milik H Mulyani, Kepala Desa Bulak.
Kemudian keliling dan kembali menuju rumah Mulyani. Ramai, di depan rumah warga berjejer ember. Bahkan, ada juga yang menggunakan ketel. Tiap tahun masyarakat Desa Bulak menggelar tradisi tersebut.
Selain itu, tradisi arak-arak benda pusaka itu sebagai tanda menyambut musim tanam. Rasa suka cita masyarakat tergambar dalam tradisi itu. Anak-anak hingga orang tua antusias mengikuti tradisi tersebut.
Air bekas celupan benda pusaka itu diyakini warga memiliki berkah. Bahkan bisa menyembuhkan penyakit dan menyuburkan padi. Masyarakat menggunakan air tersebut untuk mandi, sisanya digunakan untuk menyiram tanaman padi. Seperti yang dilakukan Jaenudin salah seorang warga Desa Bulak.
Jeanudin sengaja menydiakan satu ember berisi air dan kembang. Jaenudin pun menunggu arak-arakan benda pusaka melintas di depan rumahnya. Usai ember miliknya mendapat celupan benda pusaka. Jaenudin pun langsung bergegas ke sawah miliknya dengan membawa ember berisi air kembang itu.
“Iya mau saya siram ke sawah. Supaya sawahnya subur, gak diserang hama,” kata Jaenudin, Kamis (8/2/2018).
Sementara itu, Kepala Desa Bulak, H Mulyani mengatakan tradisi arak-arakan benda pusaka merupakan tradisi ratusan tahun. Tradisi tersebut merupakan tradisi tahunan menyambut musim tanam.
“Benda pusaka ini milik Buyut Kesmadi, orang yang membabad alas Desa Bulak. Cuma di Bulak yang seperti ini,” ucap Mulyani saat ditemui di rumahnya usai mengarak benda pusaka.
Mulyani mengatakan Buyut Kesmadi merupakan tangan kanan dari orang pertama yang menjadi raja di Cirebon, yakni Mbah Kuwu Sangkan atau Pangeran Cakrabuana. Tongkat pusaka dan dua gong yang diarak, sambung Mulyani, merupakan alat penyebaran islam yang dilakukan Buyut Kesmadi.
“Intinya kita memelihara tradisi yang sudah ada sejak dulu. Kita pandang ini sebagai tradisi yang harus dilestarikan, doa tetap kita panjatkan kepada Allah,” tutupnya.
Sumbernya dari Sini